Inilah hari yang sudah aku tunggu selama hampir 2
bulan terakhir ini. Hari ini pula hampir genap 2 bulan, suamiku
meninggalkan aku dan Raffa, untuk bergabung dengan salah satu
perusahaan engineering & konstruksi di Seoul, Korea Selatan. Sudah
hampir genap 2 bulan pula tidak melihat wajah nyatanya, hidung
mancungnya, gingsulnya, senyumnya, dan mendengar bawelannya.
Akhirnya
hari ini tiba, dimana aku akan segera bertemu dengan Papa, suamiku
yang paling aku rindukan, papaku sayang (kata Raffa).
Berjuta rasa
yang menyelimuti hati ini saat akan berangkat. Ada bahagia dan lega
bisa segera bertemu dengan suamiku, dan Raffa juga bisa melepas kangen
dengan Papanya. Tetapi ada juga rasa sedih karena harus meninggalkan
keluarga dan teman-teman di Jakarta, juga rasa cemas apakah nanti aku
dapat menjalankan sepenuhnya tugas sebagai ibu rumah tangga disana.
Segala sesuatu mulai dari mengurus rumah (beberes, cuci baju, setrika,
masak, dll), mengurus anak dan suami, harus dilakukan sendiri tanpa
asisten rumah tangga atau bantuan dari sanak saudara. Belum lagi jika
aku, Raffa, atau suamiku yang mendadak sakit. OOOooow… terbayang segala
kerepotan dan hiruk pikuk jika hal itu sampai terjadi. Aku dan
Raffa sampai di Bandara Sotta diantar oleh Orang tua, Adik, dan juga
keluarga. Waktunya telah tiba bagiku untuk berpisah sejenak dengan
keluarga dan teman-teman di Indonesia, dan aku harus segera berangkat
untuk mendampingi suami tercinta selama bekerja disana. Aku berpelukan
dan ber-say goodbye dengan orang tua & keluarga. Saat itu
akhirnya drama melankolis dengan cucuran air mata seperti selayaknya
yang ada di sinetron-sinetron televisi pun terjadi. Tapi, uppsssss…
sepertinya saat itu hanya aku saja yang bercucuran air mata dan mungkin
aku yang terlalu cengeng??? hehe…
Aku dan Raffa berangkat menuju
Seoul dengan menggunakan pesawat Korean Air, bersama rombongan
istri-istri yang senasib (ditinggal suami lebih dulu). Perjalanan kami
tempuh selama 6 jam, berangkat dari Jakarta pukul 22.05 WIB, sampai di
Bandara Incheon-Seoul pukul 07.00 waktu Korea (berarti sekitar pukul
05.00 WIB). Ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di Luar
Negri, dan dalam hati aku bergumam, “ternyata begini ya rasanya berada
di Luar Negri?”. Bandara Incheon tampak sangat besar, megah, modern,
dan bagus. Sebagaimana layaknya bandar udara internasional di kota-kota
besar dunia, konsep penataan ruang, desain langit-langit, dan juga
fitur-fiturnya terasa sangat modern dan menimbulkan decak kagum bagi
yang melihat. Aku selintas terfikir, kapan ya bandara Soetta bisa
berbenah dan memberikan kenyamanan yang sama dengan yang ditawarkan
Incheon? Menilik desainnya, rasanya memang tidak salah, jika Incheon
disebut sebagai bandar udara terbesar dan salah satu yang terbaik di
dunia. Begitu keluar dari custom clearance, kami langsung disambut
oleh rombongan suami yang sudah menunggu sejak subuh. Agaknya yang
memendam rasa rindu tidak hanya kami saja, batin saya sambil tersenyum.
Aku melihat suamiku tersenyum lebar dan melambaikan tangan dari tepi
garis pembatas. Dia langsung bergegas menyambutku, mencium keningku dan
mengangkat Raffa dari gendonganku. Aku mengamati suamiku yang sibuk
mengucapkan kata-kata kangen ke telinga Raffa. Tidak berubah, kataku
dalam hati, hanya saja memang terlihat agak sedikit kurus. Mungkin ini
akibat 2 bulan tidak terurus oleh istri, dan harus membiasakan diri
untuk memasak makanan secara mandiri. Korea memang bukan negara yang
cukup bersahabat bagi kami yang beragama muslim. Seperti yang aku dengar
dari suamiku, memilih makanan harus berhati-hati dan pilih-pilih.
Tidak bisa sembarang asal makan, walau kadang-kadang keadaan akhirnya
mengharuskan berlaku demikian.
Kami berjalan beriringan menuju
gate, sambil bertukar cerita pengalaman selama di perjalanan
Jakarta-Seoul. Suamiku berkata bahwa company sudah meng-arrange
penjemputan bagi kami dari bandara Incheon ke apartemen masing-masing
dengan menggunakan taxi. Kami akhirnya keluar bandara dan menuju taxi
yang telah disediakan oleh company.
Aku teringat, ketika di
pesawat, kru penerbang mengumumkan bahwa suhu di luar berkisar 7
derajat Celcius. Saat itu aku hanya mengenakan selembar jaket, sama
dengan yang dikenakan Raffa. Bagiku dan juga Raffa pastinya, dengan
suhu tersebut sudah terasa dingin hingga menembus selah-selah jaket
yang kami kenakan. Tapi itu tidak masalah bagiku, aku sangat menikmati
salah satu dari beberapa hal baru yang akan kutemui disini. Ya aku
hanya berharap semoga Raffa bisa cepat dan mudah beradaptasi dengan
iklim dan lingkungan barunya.
Perjalanan dari bandara Incheon ke
apartemen kami di daerah Jeongja-Bundang gu, memakan waktu kurang lebih
90 menit. Selama perjalanan aku melihat suasana kanan kiri jalanan
terdapat beberapa bangunan pabrik, rumah-rumah penduduk dan beberapa
gedung yang berdiri kokoh. Ternyata masih banyak lahan-lahan yang
ditumbuhi rerumputan dan pepohonan hijau, dan ow ternyata masih ada
beberapa bunga sakura yang tumbuh, karena saat itu sedang musim semi.
Kemudian kami melewati bridge dengan design yang menawan dan di
bawahnya terdapat laut lepas dengan gelombang ombak yang indah dengan
semilir angin dan beratapkan langit biru. Wahh.. sungguh ciptaan Tuhan
memang tidak ada yang bisa mengalahkan, benar-benar mengagumkan.
Akhirnya
sampailah kami di Bundang, sudah mulai tampak lebih banyak
gedung-gedung berdiri megah yang terdapat di sisi kanan kiri jalan raya
yang kebanyakan adalah gedung apartment, Halte bus, subway station,
dan juga deretan coffee shop, cafe, maupun restaurant. Suasana tampak
tenang dan nyaman, selain karena memang udara yang sejuk juga mungkin
karena daerah Bundang atau tepat nya Jeongja dimana kami tinggal adalah
lahan permukiman. Tidak lama taxi yang kami naiki berhenti di sebuah
gedung yang asing bagiku, ow ternyata gedung itu adalah apartment tempat
kami tinggal, Daelim Acrotel.
Kami bergegas masuk ke dalam
apartment, dan sampailah kami di depan pintu ruangan kami. Aku pun tak
sabar ingin melihat ruangan tempat dimana aku dan keluarga kecilku akan
menghabiskan waktu selama tinggal di Negara ini. Yup saat pintu
terbuka,terlihat satu ruangan yang ya tidak terlalu besar tapi aku rasa
ini sudah lebih dari cukup untuk kami, ada 1 kamar mandi, dapur
bersih, ruang makan, dan juga kamar tidur dengan jendela besar dengan view pepohonan,
jalan raya, gunung, dan juga langit biru. Sederhana memang, tapi
tampak istimewa karena rasa syukur juga karena ruangan ini diisi oleh
sebuah keluarga kecil yang akan memulai hidup mandiri.
Attachment:
Dokumentasi Incheon Airport
Tidak ada komentar:
Posting Komentar